1dtk.com - Lima paramedis menjadi korban tewas akibat serangan udara Israel yang menyasar tim medis darurat di Lebanon Selatan pada Jumat (22/11/2024). Insiden ini menambah panjang daftar korban dari sektor kesehatan yang terkena dampak langsung agresi militer di wilayah tersebut.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Lebanon yang dilansir oleh WAFA, tiga paramedis tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka saat serangan menghantam ambulans di Kota Deir Qanun Ras Al-Ain, distrik Tyre. Dalam serangan udara terpisah, dua paramedis tambahan kehilangan nyawa ketika Israel menargetkan Desa Al-Qatarani, Distrik Jezzine.
Sejak dimulainya serangan Israel ke Lebanon pada Oktober 2023, Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat bahwa total 214 personel medis telah tewas, sementara 321 lainnya terluka. Selain itu, infrastruktur kesehatan di negara tersebut menjadi sasaran sistematis. Setidaknya 94 pusat medis, 40 rumah sakit, dan 249 kendaraan medis dilaporkan rusak akibat serangan.
Angka korban jiwa akibat serangan Israel terus meningkat, dengan total 3.583 orang tewas dan 15.244 terluka, mayoritas terdiri dari wanita dan anak-anak. Serangan ini juga memaksa sekitar 1,4 juta orang meninggalkan rumah mereka sejak 23 September 2024, menambah kompleksitas krisis kemanusiaan di Lebanon.
Serangan terhadap paramedis dan fasilitas kesehatan memicu kemarahan luas, terutama karena tindakan tersebut dianggap melanggar hukum internasional. Tim medis seharusnya dilindungi di zona konflik sesuai Konvensi Jenewa, namun dalam beberapa minggu terakhir, serangan terhadap personel kesehatan menjadi lebih sering terjadi.
“Serangan ini tidak hanya menghilangkan nyawa mereka yang berjuang untuk menyelamatkan nyawa, tetapi juga merusak kapasitas layanan kesehatan yang kritis,” ujar salah satu sumber medis setempat yang enggan disebutkan namanya.
Selain korban jiwa, serangan Israel juga melumpuhkan layanan dasar di Lebanon, termasuk sektor kesehatan, yang sudah rapuh akibat krisis ekonomi berkepanjangan. Ribuan keluarga menghadapi kondisi hidup yang semakin sulit, dengan fasilitas medis yang hancur dan akses layanan kesehatan yang sangat terbatas.
Kementerian Kesehatan Lebanon menyerukan perhatian internasional untuk menghentikan agresi dan membantu memulihkan layanan kesehatan yang vital. Sementara itu, masyarakat internasional diharapkan dapat meningkatkan tekanan diplomatik untuk mencegah berlanjutnya serangan yang tidak hanya menghancurkan infrastruktur tetapi juga merenggut kehidupan warga sipil dan pekerja kemanusiaan.
Serangan ini menegaskan urgensi perlindungan terhadap personel medis dan fasilitas kesehatan di zona konflik. Ketika hukum internasional terus dilanggar, penderitaan warga sipil di Lebanon semakin menjadi sorotan dunia.