Petualangan Jadi Zombie di Busan di Kota Pelabuhan Korea Selatan

Petualangan Jadi Zombie di Busan di Kota Pelabuhan Korea Selatan


1dtk.com - Busan adalah kota pertama yang aku eksplor di Korea Selatan, dan jujur aja, perjalanan ke sana bukan yang paling nyaman. Bisa dibilang, aku sampai di Busan dalam mode zombie traveler. Bayangin aja: kurang tidur, kedinginan, dan harus tetap jalan karena ya... masa udah jauh-jauh ke Korea terus malah tidur di penginapan?

Perjalanan Dimulai dengan Kurang Tidur

Perjalananku dimulai dari Seoul Station, naik kereta pukul 05.08 pagi. Kalau dipikir-pikir, kenapa sih aku selalu ambil jadwal pagi buta? Oh iya, karena harga tiketnya lebih murah! Tapi ada harga yang harus dibayar: aku harus nunggu di luar stasiun hampir empat jam, menggigil di suhu musim dingin yang nggak kenal ampun. Nyesel? Dikit. Tapi ini bagian dari pengalaman, kan?

Sehari sebelumnya, aku juga cuma tidur tiga jam karena harus mengejar penerbangan pagi pukul 05.25 dari Jakarta. Rute yang aku ambil lumayan melelahkan: CGK–SIN–ICN. Kenapa mampir ke Singapura dulu? Lagi-lagi karena pertimbangan harga tiket. Transit emang bikin perjalanan lebih panjang, tapi kadang lebih murah dibanding penerbangan langsung.

Begitu mendarat di Incheon, aku langsung lanjut ke Seoul dengan AREX (Airport Railroad Express). Rencana awalnya sih mau istirahat dulu di hostel, tapi ternyata aku terlalu bersemangat untuk eksplor. Aku malah jalan-jalan keliling Myeongdong dan Dongdaemun sampai malam. Ini keputusan yang agak bodoh sih, mengingat aku harus bangun super pagi untuk ke Busan.

Di dalam kereta KTX menuju Busan, aku coba tidur. Niatnya sih mau merem sejenak, tapi karena dapat tempat duduk di aisle, aku jadi waswas. Siapa tahu penumpang yang punya jatah window seat tiba-tiba muncul dan harus lewat. Jadilah aku tidur ayam—setengah sadar, setengah bermimpi, dan setengah nyesel kenapa nggak beli tempat duduk di dekat jendela.

Disambut Angin Dingin yang Ga Nyantai

Begitu sampai di Busan, realitas musim dingin langsung menyapa. Nggak ada salju di kota ini, tapi anginnya? Astagfirullah. Rasanya kayak ditampar berkali-kali. Pas berdiri di halte bus, angin berhembus kencang sampai aku hampir jatuh. Padahal aku udah pakai jaket tebal, tapi tetep aja tembus. Ini pertama kalinya aku merasa angin bisa jadi musuh utama.

Busan memang terkenal dengan anginnya yang lebih kencang dibanding Seoul, terutama di area pesisir seperti Haeundae atau Gwangalli Beach. Suhu saat itu sekitar 3°C, tapi wind chill-nya bikin terasa seperti di bawah nol. Kalau kalian belum pernah mengalami wind chill, bayangkan AC paling dingin langsung ditiupkan ke muka kalian tanpa ampun.

Di tengah perjuangan melawan angin, aku sadar kalau aku belum sarapan. Dan di saat seperti ini, makanan hangat terasa seperti penyelamat hidup. Untungnya, di Busan ada beberapa restoran bersertifikat halal yang bisa jadi tempat menghangatkan diri.

Berburu Makanan Halal di Busan

Salah satu tantangan traveling ke Korea bagi Muslim adalah menemukan makanan halal. Tapi Busan lumayan ramah untuk wisatawan Muslim. Aku mampir ke Eid Halal Korean Food di kawasan Haeundae. Restoran ini lumayan terkenal di kalangan turis Muslim karena menyajikan makanan Korea yang otentik tanpa kekhawatiran soal kehalalan bahan.

Menu yang aku coba? Samgyetang alias sup ayam ginseng. Rasanya gurih dan menghangatkan tubuh, cocok banget buat udara dingin seperti ini. Selain itu, restoran ini juga menyediakan mushola kecil, jadi setelah makan aku bisa langsung sholat tanpa harus cari-cari tempat lagi.

Selain Eid Halal, ada juga Yang Good BBQ, restoran daging halal di Busan yang cukup populer. Sayangnya, aku nggak sempat mampir ke sana karena jadwalku di Busan lumayan padat. Tapi kalau kalian pencinta BBQ Korea, restoran ini bisa masuk daftar wajib kunjung.

Menikmati Pemandangan Busan yang Bikin Lupa Capek

Setelah makan, badan mulai terasa lebih stabil. Saatnya eksplor Busan! Salah satu tempat pertama yang aku kunjungi adalah Gamcheon Culture Village. Tempat ini sering disebut sebagai "Santorini-nya Korea" karena rumah-rumahnya dicat warna-warni dan terletak di lereng bukit.

Tapi jujur, buat ke sini butuh tenaga ekstra. Jalannya menanjak dan kalau lagi capek, rasanya pengen nyerah aja. Untungnya, pemandangannya luar biasa. Dari atas, aku bisa melihat kota Busan dan laut lepas yang biru. Anginnya tetap kencang, tapi kali ini aku lebih siap.

Selain Gamcheon, aku juga sempat ke Haeundae Beach. Pantai ini jadi salah satu ikon Busan dan biasanya ramai banget saat musim panas. Tapi di musim dingin? Sepi. Yang ada cuma aku dan beberapa turis lain yang juga nekat menghadapi angin laut.

Di sepanjang pantai, ada banyak kafe dengan pemandangan laut yang indah. Aku mampir ke salah satu kafe dan memesan hot chocolate. Ini salah satu momen terbaik di Busan: duduk di kafe hangat, melihat ombak, dan menikmati coklat panas sambil mengistirahatkan kaki yang mulai protes karena kurang tidur.

Pelajaran dari Perjalanan

Kalau ada satu pelajaran dari perjalanan ini, mungkin ini: jangan pernah meremehkan musim dingin, apalagi kalau niatnya eksplorasi tanpa cukup istirahat. Dan kalau bisa, pilih kursi dekat jendela di kereta—biar bisa tidur dengan tenang tanpa dihantui rasa takut bakal dicolek orang.

Juga, jangan lupa bawa hand warmer atau kantong penghangat tangan. Barang kecil ini ternyata sangat berguna, terutama kalau kalian suka jalan-jalan di luar ruangan saat musim dingin.

Selain itu, aku juga belajar bahwa traveling itu bukan cuma soal destinasi, tapi juga soal perjalanan. Capek, dingin, dan kurang tidur itu bagian dari pengalaman yang bikin cerita makin seru. Dan setelah semua kelelahan itu, bisa menikmati secangkir coklat panas di Busan rasanya jadi lebih berarti.

Jadi, meskipun awalnya aku merasa seperti zombie di Busan, perjalanan ini tetap jadi salah satu pengalaman paling berkesan. Busan punya pesona yang berbeda dari Seoul—lebih santai, lebih dekat dengan alam, dan lebih banyak kejutan. Kalau kalian berencana ke Korea Selatan, jangan cuma ke Seoul. Sempatkan mampir ke Busan dan rasakan sendiri keunikannya.

Siap-siap aja menghadapi angin yang ga nyantai!

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال