1dtk.com - Jujur aja, Vietnam awalnya ada di urutan terakhir dalam bucket list perjalanan saya ke Asia Tenggara. Setiap kali browsing tentang traveling ke sana, selalu ada cerita soal scam—taxi ngetrip, hotel abal-abal, sampai restoran yang nge-charge harga gila-gilaan ke turis. Jadi, saya pun agak skeptis dan menunda-nunda kunjungan ke negeri ini.
Tapi rencana berubah setelah saya ke Manila dan iseng cari tiket murah ke negara terdekat. Ketemu promo pulang-pergi Manila – Ho Chi Minh City (HCMC) cuma Rp1,8 juta pakai Philippine Airlines. Murah banget, kan? Akhirnya, saya pikir, "Ya udahlah, coba aja. Toh kalau kena scam, bisa jadi pengalaman buat diceritain nanti."
Saya pun mendarat di Tan Son Nhat International Airport dengan mode waspada level maksimal. Semua skenario buruk sudah terbayang di kepala. Tapi ternyata, selama 4 hari 3 malam di sana, HCMC justru memberi kejutan yang jauh dari ekspektasi awal saya.
Pengalaman di Ho Chi Minh City: Nyaman, Aman, dan Jauh dari Scam
Banyak orang bilang HCMC itu chaotic. Dan ya, memang lalu lintasnya gila. Motor di mana-mana, klakson saling bersautan, dan menyeberang jalan di sana butuh keberanian ekstra. Tapi kalau soal keamanan secara umum, kota ini ternyata nggak semenyeramkan yang saya pikir.
Selama di sana, saya nggak pernah sekalipun kena scam. Bahkan, saya beberapa kali meninggalkan kamera dan HP di tripod saat foto-foto di tempat ramai, dan semuanya tetap aman. Mungkin ini faktor keberuntungan juga, tapi rasanya lebih ke soal tahu cara mainnya. Beberapa tips penting yang saya pelajari:
- Gunakan aplikasi transportasi seperti Grab. Nggak perlu repot nawar harga, dan lebih terjamin daripada naik taxi konvensional yang katanya suka pasang tarif gila.
- Kalau mau naik bus umum, cek rute di Google Maps. Ongkosnya cuma VND 6.000 (sekitar Rp4.000), dan cukup mudah digunakan.
- Jangan gampang percaya orang yang terlalu ramah menawarkan sesuatu. Ini berlaku di mana-mana sih, bukan cuma di Vietnam.
Makanan di HCMC: Surga Kuliner dengan Harga Bersahabat
Saya tipe orang yang picky soal makanan, apalagi kalau banyak sayur. Tapi entah kenapa, sayuran di Vietnam terasa beda—lebih fresh, lebih renyah, dan nggak berbau aneh. Pho, banh mi, spring roll, sampai Vietnamese coffee, semuanya bikin saya ketagihan.
Dan yang lebih menyenangkan, makanan di sini super affordable. Sarapan dengan banh mi (roti baguette isi daging dan sayur) cuma sekitar Rp15.000. Ngopi di kafe yang fancy pun nggak lebih dari Rp50.000. Rasanya nggak heran kenapa banyak traveler betah berlama-lama di Vietnam.
Akomodasi: Hotel Nyaman dengan Harga yang Nggak Masuk Akal
Saya menginap di hotel bintang tiga di District 1, pusat kota yang dekat ke mana-mana. Harganya? Nggak sampai Rp500.000 per malam, sudah termasuk sarapan dan kamar yang nyaman dengan amenities lengkap.
Kalau dibandingkan dengan Jakarta atau Bangkok, harga hotel di HCMC ini bisa dibilang sangat worth it. Bahkan banyak hostel dengan kamar private yang bersih dan cozy mulai dari Rp150.000 per malam. Jadi, buat yang mau hemat, masih banyak pilihan tempat menginap yang tetap nyaman tanpa harus keluar budget besar.
Transportasi Publik: Mudah dan Murah, Asal Tahu Caranya
Buat yang suka eksplor kota dengan cara lebih lokal, bus umum di HCMC layak dicoba. Dengan tarif cuma Rp4.000 sekali jalan, bus ini bisa jadi alternatif murah dibanding Grab atau motor sewaan.
Selain itu, ada juga Hop on Hop off Bus yang cocok buat turis. Saya sempat coba night tour-nya, dan ternyata HCMC di malam hari jauh lebih cantik dari yang saya bayangkan. Gedung-gedung tinggi dengan lampu warna-warni, suasana malam yang hidup, dan angin sepoi-sepoi bikin pengalaman ini makin berkesan.
Orang-orangnya Ramah, Meski Ada Batasan Bahasa
Salah satu kekhawatiran saya sebelum ke Vietnam adalah soal bahasa. Banyak yang bilang orang Vietnam kurang bisa bahasa Inggris, jadi komunikasi bisa sulit. Tapi dari pengalaman saya, selama kita pakai Google Translate dan body language yang jelas, semuanya bisa diatasi.
Bahkan, beberapa kali saya ketemu orang lokal yang super ramah. Ada pemilik warung yang kasih extra side dish gratis, supir Grab yang ngajak ngobrol (walau cuma pakai bahasa isyarat), dan pegawai hotel yang selalu memastikan saya nyaman.
Imigrasi Bandara: Panjang, Tapi Lancar
Satu-satunya downside dari perjalanan ini mungkin pas tiba di bandara. Antrian imigrasi untuk foreign passport panjang banget—saya harus nunggu hampir 2 jam untuk dapat stamp masuk Vietnam.
Untungnya, prosesnya cukup cepat begitu giliran saya tiba. Petugas nggak nanya macam-macam, nggak perlu isi arrival card, dan nggak ada drama tambahan.
Kesimpulan: Vietnam Layak Masuk Bucket List
Setelah 4 hari di HCMC, saya akhirnya paham kenapa Vietnam jadi destinasi favorit banyak traveler. Kotanya memang sibuk dan kadang agak kacau, tapi di balik itu ada makanan enak, harga murah, dan suasana yang penuh energi.
Dari segi keamanan, menurut saya HCMC nggak jauh beda dengan Bangkok atau Kuala Lumpur. Asal tetap waspada dan tahu cara menghindari scam, traveling di sini bakal jadi pengalaman yang menyenangkan.
Jadi, kalau selama ini kamu ragu ke Vietnam gara-gara cerita buruk di internet, mungkin sudah saatnya memberi negara ini kesempatan. Siapa tahu kamu malah jatuh cinta seperti saya.