1dtk.com - Banjir yang melanda Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, selama hampir dua minggu terakhir membawa dampak serius bagi masyarakat. Selain merendam rumah dan mengganggu aktivitas warga, bencana ini juga menyebabkan lonjakan harga gas elpiji 3 kilogram yang kini menyentuh Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu per tabung di beberapa desa terdampak, jauh dari harga normal sekitar Rp 35 ribu.
Kenaikan harga ini terjadi di Desa Pauh dan Pauh I, di mana warga kesulitan mendapatkan gas elpiji akibat akses distribusi yang sempat terputus saat banjir mencapai puncaknya. Meski stok sudah mulai tersedia, harga gas melon masih terbilang mahal bagi masyarakat yang masih dalam masa pemulihan pasca-banjir.
"Kalau sekarang sudah ada gas, tapi harganya masih tinggi. Meski mahal, warga tetap membeli karena ini kebutuhan sehari-hari," ungkap Harmoko (28), seorang warga Desa Pauh, pada Kamis (13/3).
Lonjakan harga gas elpiji ini menjadi perhatian pemerintah daerah. Wakil Bupati Muratara, Junius Wahyudi, menyatakan bahwa pihaknya segera berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan, Perindustrian, dan Koperasi (Disperindagkop) untuk mencari solusi agar warga tidak semakin terbebani.
"Kami prihatin dengan kondisi masyarakat yang sudah terdampak banjir, kini harus menghadapi harga gas yang tinggi. Kami akan berkoordinasi dengan dinas terkait, mungkin dengan mengadakan operasi pasar murah atau langkah lain yang bisa meringankan warga," jelas Junius Wahyudi.
Selain itu, Pemkab Muratara juga akan mengevaluasi jalur distribusi gas elpiji di wilayah terdampak agar kelangkaan tidak kembali terjadi jika terjadi bencana serupa di masa mendatang. Pihaknya juga akan mengawasi harga di tingkat pengecer untuk mencegah spekulasi harga yang dapat memperburuk keadaan.
Warga yang terdampak berharap ada tindakan cepat dari pemerintah, baik dalam bentuk operasi pasar murah maupun kebijakan distribusi yang lebih merata. Dengan kondisi pasca-banjir yang masih menyulitkan, harga kebutuhan pokok yang melonjak bisa semakin memperberat beban ekonomi mereka.
"Kami berharap ada solusi cepat, karena harga Rp 50 ribu per tabung itu terlalu mahal bagi kami. Apalagi, banyak warga di sini yang masih berjuang memulihkan kondisi setelah banjir," kata seorang warga lainnya.
Pemerintah setempat juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan jika menemukan praktik penimbunan gas elpiji yang dilakukan oleh oknum distributor atau pengecer nakal. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan harga gas elpiji di Muratara bisa kembali stabil dalam waktu dekat.