Teater Rooftop di Gresik Hadirkan Sensasi Baru dalam Menikmati Seni Pertunjukan

Teater Rooftop di Gresik Hadirkan Sensasi Baru dalam Menikmati Seni Pertunjukan


1dtk.com - Gresik kini memiliki cara baru dalam menikmati seni teater. Jika biasanya pertunjukan berlangsung di gedung tertutup dengan panggung megah, kali ini sebuah pertunjukan unik digelar di rooftop bangunan tua berusia lebih dari seabad.

Bertempat di Rooftop Café Sualoka Hub, Kampung Kemasan, Jalan Nyai Ageng Arem-Arem, Gg II No. 20, teater di udara terbuka ini memberikan pengalaman baru bagi penonton. Konsep yang tidak biasa ini merupakan bagian dari program seni “The Jumping City”, yang diinisiasi oleh Yayasan Gang Sebelah.

Pentas kali ini digagas oleh kelompok Teater Kendati Chaos, yang mementaskan naskah "Aku Ingin Menyebut Laut dengan Huruf Kapital di Depannya", karya Shohifur Ridho’i, dengan arahan sutradara Choiruz Zaman.

Mengusung tema refleksi atas realitas kehidupan di Gresik, pertunjukan ini mengangkat kisah tentang laut yang tak lagi asin, melainkan hanya terasa pahit. Sebuah simbol atas kehidupan yang terus berjalan di tengah kegelisahan dan ruang hidup yang semakin sempit.

"Teater ini merupakan refleksi dari realitas di Gresik, serta aktivitas yang kita jalani sehari-hari," ujar Choiruz Zaman, Jumat (21/3/2025).

Bukan hanya lokasi yang membuat pertunjukan ini unik, tetapi juga konsep interaksi antara penonton dan aktor. Alih-alih duduk menghadap panggung seperti di teater konvensional, para penonton duduk di tengah area layaknya suasana warung kopi, dikelilingi oleh aktor yang bergerak lincah di sekitarnya.

Konsep ini menciptakan pengalaman yang lebih dekat dan intim, membuat setiap gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara terasa lebih mendalam. Untuk memperkuat suasana, proyeksi gambar ditampilkan ke atap rumah tua di sekitar lokasi, menambahkan efek visual yang magis.

Meski sempat tertunda akibat hujan, pertunjukan tetap berlanjut. Para penonton rela bertahan lebih dari 30 menit sambil mengenakan jas hujan yang disediakan panitia. Tak ada yang bergeming, seolah ada rasa saling percaya antara pemain dan penonton.

"Dari pertunjukan ini saya merasakan adanya luapan emosi seperti amarah dan kekecewaan, serta menangkap gambaran hiruk-pikuk kehidupan di Gresik yang tergambarkan dalam pementasan. Ini semacam kritik tersirat terhadap kondisi lingkungan, khususnya alam dan laut di kota ini," ujar Harry Koko Priutama, salah satu penonton yang hadir.

Bagi para aktor, pertunjukan ini juga memiliki makna emosional tersendiri. Banyak dari mereka yang merasa kisah dalam naskah ini sangat dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari di Gresik—panas, penuh polusi, dan semakin jauh dari kenangan laut yang dulu begitu akrab.

Dengan konsep inovatif ini, Teater Kendati Chaos berhasil menghadirkan pengalaman baru bagi masyarakat Gresik dalam menikmati seni pertunjukan. Bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sebagai ruang refleksi bagi kota yang terus berkembang di tengah berbagai tantangan.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال