1dtk.com - Setelah tidur nyenyak di kamar dengan view KL Tower semalam, pagi itu aku bangun sekitar jam 7. Entah kenapa, meskipun kaki pegal, tapi semangat buat eksplor hari kedua tuh 100%. Pagi hari di Kuala Lumpur tuh tenang. Dari balkon, aku bisa lihat kabut tipis menyelimuti gedung-gedung tinggi. Dan ya… ini momen yang bikin mikir, “Wah, beneran nggak nyesel dateng ke sini.”
Hari kedua ini aku dedikasikan buat jalan-jalan ke tempat wisata ikonik di Kuala Lumpur yang lebih kental sisi budayanya. Sekalian pengen nyobain naik transportasi umum di KL yang katanya cukup teratur dan ramah wisatawan. Dan, spoiler dikit: ternyata bener banget.
Sarapan di warung lokal dan cobain nasi lemak asli Malaysia
Sebelum mulai petualangan, aku mampir ke warung makan lokal dekat penginapan. Aku pesan nasi lemak bungkus daun pisang, yang dijual di meja kecil di depan minimarket. Harganya cuma RM2, dan rasanya... gila, enak parah! Sambal-nya pedas legit, dan nasinya wangi santan banget. Ini salah satu pengalaman otentik yang sayang banget dilewatkan kalau liburan ke KL.
Kebanyakan wisatawan sibuk cari cafe fancy, padahal makanan kaki lima Malaysia itu harta karun. Jadi, kalau kamu pengen ngerasain Kuala Lumpur lebih dalam, sarapan di warung lokal tuh wajib banget.
Eksplorasi Dataran Merdeka dan KL City Gallery
Tujuan pertama hari itu: Dataran Merdeka. Aku naik MRT dari stasiun terdekat ke Masjid Jamek, lalu jalan kaki sekitar 10 menit. Spot ini salah satu yang paling penting secara historis di Malaysia. Di sinilah bendera kemerdekaan mereka pertama kali dikibarkan tahun 1957. Bangunan-bangunan kolonial bergaya British masih berdiri kokoh, termasuk Sultan Abdul Samad Building yang ikonik.
Di seberangnya ada KL City Gallery, tempat yang sering dijadikan spot foto karena ada tulisan besar “I ❤️ KL”. Masuknya cuma RM10 dan kamu bisa lihat miniatur kota KL serta sejarah singkat pembangunan kota ini. Nggak gede tempatnya, tapi cukup informatif dan instagramable.
Menyusuri Pasar Seni dan Central Market
Dari Dataran Merdeka, aku jalan kaki ke arah Pasar Seni (Central Market). Tempat ini udah ada sejak zaman dulu dan sekarang jadi salah satu destinasi belanja oleh-oleh paling populer. Kalau kamu suka kerajinan tangan, batik, lukisan, atau snack khas Malaysia, ini surganya.
Aku beli magnet kulkas (yang selalu jadi target tiap trip), gantungan kunci buat temen kantor, dan teh tarik sachet buat oleh-oleh keluarga. Harganya masih masuk akal, apalagi kalau kamu pinter nawar.
Pasar ini juga adem dan nyaman buat santai sejenak. Di lantai atasnya ada galeri seni kecil dan ruang baca yang sepi, cocok buat rehat sebelum lanjut eksplor.
Kunjungan ke Masjid Negara dan Taman Burung Kuala Lumpur
Masih semangat, aku lanjut naik Grab (karena panas banget siang itu) ke Masjid Negara. Meski bukan Muslim, wisatawan non-Muslim tetap diperbolehkan masuk di jam-jam tertentu. Mereka bahkan nyediain jubah gratis buat yang pakaiannya kurang tertutup.
Interior masjidnya megah dan luas. Rasanya damai banget, cocok buat jeda dari hiruk pikuk kota. Nggak jauh dari situ, tinggal jalan kaki ke Taman Burung Kuala Lumpur (KL Bird Park) — salah satu taman burung indoor terbesar di dunia.
Harga tiketnya sekitar RM63 untuk turis, tapi kalau kamu suka alam dan fotografi, tempat ini recommended banget. Ada lebih dari 3.000 burung dari berbagai jenis, dan sebagian besar dibiarkan terbang bebas. Aku bahkan sempat selfie bareng burung merak yang lewat santai di depan kaki. Kapan lagi?
Baca juga: Itinerary Liburan Hemat ke Kuala Lumpur dari Johor Bahru Selama 3 Hari 2 Malam
Sore di Taman Tasik Perdana dan perpustakaan modern
Capek? Lumayan. Tapi daripada balik ke hotel terlalu awal, aku mampir dulu ke Taman Tasik Perdana (Perdana Botanical Gardens) yang masih satu kawasan. Taman ini luas banget, hijau, tenang, dan ada banyak spot duduk buat istirahat sambil ngopi.
Yang menarik, di dekatnya ada Perpustakaan Kuala Lumpur (Perpustakaan Kuala Lumpur@Taman Botani) yang super modern dan adem. Aku masuk, duduk sebentar di pojokan, baca komik digital di tablet, sambil nge-charge HP. Tempat ini gratis masuk dan bisa jadi hidden gem buat backpacker yang butuh recharge energi (dan baterai).
Malam hari cari makan dan eksplor Petaling Street
Setelah cukup istirahat, malamnya aku balik ke area Petaling Street, bagian dari Kuala Lumpur Chinatown. Di sini banyak banget penjual makanan, minuman, baju, jam tangan, sampai tas-tas KW premium. Suasananya semarak, lampu merah khas Tionghoa di mana-mana, dan aroma makanan menggoda dari tiap sudut.
Aku makan hokkien mee di salah satu kedai tua yang ramai banget. Rasanya legit dan smoky, khas wajan besi tua yang udah dipakai puluhan tahun. Habis makan, aku jalan-jalan sambil dengerin musisi jalanan main lagu-lagu Mandarin klasik. Vibes-nya mirip pasar malam zaman dulu.
Hari kedua ditutup dengan rasa puas dan kaki pegal maksimal
Hari kedua ini terasa lebih padat, tapi juga lebih variatif. Aku ngerasain sisi budaya, sejarah, sampai taman hijau Kuala Lumpur dalam waktu sehari. Plus, makanan enak terus jadi bagian dari perjalanan. Kaki sih pegal, tapi hati senang.
Tips buat itinerary hari kedua di KL:
- Gunakan kombinasi MRT dan Grab buat efisiensi waktu.
- Datang pagi ke tempat-tempat populer biar nggak rame.
- Bawa botol air isi ulang karena banyak stasiun punya dispenser gratis.
- Sisipkan waktu santai di taman atau perpustakaan supaya nggak burn out.
Ternyata, liburan 3 hari 2 malam ke Kuala Lumpur bisa padat tapi tetap menyenangkan. Besok hari terakhir — waktunya cari oleh-oleh dan eksplor satu dua tempat yang belum sempat dikunjungi. Stay tuned ya buat hari ketiga yang ringan tapi tetap penuh warna yang akan dirilis pada postingan berikutnya.