Mengunjungi Curug Ngebul di Cianjur dan Menemukan Kedamaian yang Jarang Ditemui di Tempat Lain

Mengunjungi Curug Ngebul di Cianjur dan Menemukan Kedamaian yang Jarang Ditemui di Tempat Lain


1dtk.com - Beberapa tahun lalu, aku pernah mendaki gunung dengan niat mencari ketenangan. Tapi yang kudapat malah dengkuran orang di tenda sebelah, dan suara logistik yang jatuh terus-terusan. Sejak itu aku belajar satu hal penting kadang yang kita butuhkan bukanlah tempat yang ramai disebut “hidden gem”, tapi tempat yang benar-benar tenang, bahkan dari suara manusia.

Dan di sinilah aku ketemu Curug Ngebul.

Nama yang awalnya bikin aku senyum sendiri. “Ngebul?” Kayak warung kopi di pinggir jalan. Tapi begitu lihat langsung, rasanya kayak dilempar masuk ke negeri lain. Serius. Ini bukan air terjun biasa. Ini seperti... semacam portal, kalau boleh lebay sedikit. Portal ke versi dirimu yang lebih tenang dan damai.

Perjalanan ke Curug Ngebul ini bukan tipe wisata tinggal buka Google Maps, terus sampai. Sumpah, Google Maps-nya sendiri kadang bingung. Aku ambil rute dari Kecamatan Pagelaran, karena katanya itu yang paling familiar buat orang luar. Tapi bahkan dari sana, tetap harus rajin nanya warga sekitar. Untungnya, masyarakat Desa Bunijaya tuh super ramah. Nanya satu titik, mereka bisa kasih penjelasan sampai lima titik ke depan. “Nanti belok kanan di warung Teh Enok, terus ketemu batu gede, nanti lurus sampai ketemu kebun singkong, baru deh turun.” Gitu kira-kira.

Tapi di situlah seninya. Aku suka destinasi yang belum terlalu "dimodifikasi". Belum terlalu ‘dipoles’ jadi tempat Instagramable ala kota. Masih ada rasa perjuangan untuk sampai, dan itu bikin pengalaman lebih berharga.

Mengunjungi Curug Ngebul di Cianjur dan Menemukan Kedamaian yang Jarang Ditemui di Tempat Lain

Begitu sampai di area parkir, hawa sejuk langsung menyapa. Bukan sejuk ala AC ya, tapi sejuk yang dibawa langsung dari pepohonan, tanah basah, dan udara di ketinggian seribu meter. Curug Ngebul ini berada di 1.000 mdpl, jadi jangan heran kalau dari awal saja udara udah segar banget. Bahkan sebelum lihat air terjunnya, kamu udah dapat hadiah duluan dari alam.

Langkah demi langkah melewati jalur setapak yang dikelilingi semak liar, sesekali harus melewati akar pohon besar yang mencuat kayak jari tangan alam. Setiap beberapa meter, suara air makin jelas. Tapi bukan suara air biasa. Ada dentuman lembut, seperti suara bass jauh dari panggung konser. Itulah suara Curug Ngebul.

Saat akhirnya curug itu terlihat… Wah. Seriusan, kata “ngebul” tadi mendadak masuk akal. Air terjun setinggi 100 meter ini nggak cuma jatuh ke kolam, tapi memecah di batu besar dan jadi seperti kabut halus. Dari kejauhan, itu tampak seperti asap. Atau kalau kamu suka analogi sinematik kayak kabut di film-film fantasi.

Nah, bagian yang paling aku suka? Kolam di bawahnya. Bukan cuma bisa dinikmati dari jauh, tapi kamu bisa langsung nyemplung kalau bawa baju ganti (dan niat). Tapi jangan gegabah. Kalau debit air lagi besar, arusnya bisa cukup kuat. Jadi tetap perhatiin kondisi sebelum berenang. Kadang aku lebih milih celup-celup kaki sambil duduk di batu dan menikmati bunyi alam gemericik, burung, suara air yang jatuh, dan sesekali suara angin nyenggol daun.

Kalau mau lebih santai, area saung istirahat di sekitar juga bisa jadi tempat ngeteh sambil ngelamun. Beberapa pengunjung bahkan datang hanya untuk duduk berjam-jam di saung, membaca atau tidur siang. Dan ya, itu masuk akal banget. Tempat ini memang cocok buat kamu yang mau escape dari rutinitas dan bising kota.

Ngomong-ngomong fasilitas, surprisingly cukup oke. Di lokasi udah ada toilet, area parkir, dan saung. Bahkan ada camping ground dan penginapan buat yang mau bermalam. Tapi jangan berharap hotel berbintang atau fasilitas modern. Tempat ini masih jujur banget dengan alamnya.

Tiket masuk juga murah banget cuma Rp10.000 per orang. Parkir motor Rp5.000 dan mobil Rp10.000. Dengan harga segitu, apa yang kamu dapat jauh lebih mahal kalau dikonversi ke “nilai kedamaian batin”. Ini yang suka dilupain banyak orang. Tempat wisata bukan cuma soal view, tapi soal bagaimana tempat itu bisa bikin kamu diem dan bilang, “Aku butuh ini.”

Mengunjungi Curug Ngebul di Cianjur dan Menemukan Kedamaian yang Jarang Ditemui di Tempat Lain

Yang perlu dicatat: petunjuk arah masih minim. Jadi kalau kamu tipe orang yang bergantung 100% pada teknologi dan anti sosial (nggak mau nanya-nanya orang), mungkin akan frustasi. Tapi justru di situlah seni bertualang di tempat kayak gini. Ketika kamu harus interaksi sama warga, kamu malah dapat cerita lokal. Seperti aku, yang akhirnya tahu bahwa nama Curug Ngebul itu muncul bukan dari bahasa pujangga, tapi dari fenomena alam yang sederhana: air memecah jadi uap, lalu tampak seperti asap.

Kadang, nama paling sederhana itu justru yang paling jujur.

Beberapa teman nanya, “Worth it nggak, naik motor jauh-jauh ke Cianjur cuma buat lihat air terjun?”

Dan jawabanku selalu sama, “Kalau kamu capek sama dunia, Curug Ngebul bisa jadi tempat kamu tarik napas.”

Di zaman di mana semua hal serba cepat dan bising, tempat yang bisa bikin kita betah diam selama lebih dari 10 menit itu langka banget. Dan Curug Ngebul termasuk yang langka itu.


Baca juga: Curug Luhur Langkaplancar, Surga Tersembunyi di Pangandaran yang Masih Alami dan Sepi Pengunjung


Jadi, kalau kamu lagi nyari tempat liburan yang gak cuma keren buat difoto tapi juga bikin hati adem, ya coba deh ke sini. Siapkan mental buat jalur yang agak sepi, bawa bekal secukupnya, dan jangan lupa isi baterai HP sebelum masuk area minim sinyal. Tapi percayalah, kamu nggak akan terlalu butuh HP di sini.

Karena kadang, ketika kita berhenti main HP, kita mulai benar-benar liburan.

Kalau kamu punya cerita atau pengalaman di Curug lain, lempar aja di kolom komentar. Siapa tahu, itu bisa jadi destinasi selanjutnya buat kita semua.

Yang jelas, Curug Ngebul udah masuk daftar tempat yang akan kuingat lama.

Dan semoga kamu juga.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال